Saya tak tau apa yang menjadi
masalahmu, saya tak tau apa yang membuatmu seperti itu, semua buram, abu-abu
dimataku, kau tak mau bercerita kepadaku, kala hari dimana kubaca statusmu itu
diriku bingung, bingung akan kepada siapa kau tujukan itu, aku tak kuasa
menahan rasa cemburu, walaupun diriku bukanlah apa-apamu, kau telah ada di
memori berkas indah di palung hatiu, hanya dirimu yang ada di hari-hariku, kala
malam menyambut, kala badanku telah tertidur lelap, dirimu tetap ada dihatiku...
serta pikiranku... kau memasuki mimpiku, bagaikan sebuah kenyataan pahit dimana
saat terbangun itu semua hanyalah mimpi di hidupku, kau tak mau berbicara
padaku apa masalahmu, kau hanya memberikan sebuah pilihan abu-abu padaku, aku
tahu, aku harusnya tidak egois, aku tahu, kau sedang menginginkan sebuah
kesendirian tanpaku, tanpa mengingatku, kala diriku melihatmu, dirimu dengan
cepat memalingkan wajahmu, sekilas terlihat raut jengkel pada wajah manismu,
kutanya kenapa, kau berkata tak apa, sedang tidak ingin mengingat-ingat,
kutanya mengingat apa? Kau menjawabnya dengan pelan bahwa tidak apa-apa, aku
tak kuasa untuk memendam rasa, rasa dimana ingin mengetahui alasan dirimu
seperti itu, kuberkata apakah itu diriku? Hal yang tidak ingin kau ingat apakah
diriku? Kau berkata dengan nada pelan bahwa itu bisa jadi benar adanya…
Hening, tak ada kata terucap
dariku, hanya beribu kata tak beraturan yang memenuhi kepalaku, mulai dari
pertanyaan hingga anggapan, aku tak tau apa yang menjadi masalahmu, aku tak tau
apa yang membuat kau ingin tidak mengingatnya, entah apa itu, rasanya sungguh
menyiksa, dimana orang yang kau cintai tak menganggapmu ada…
Masih, aku masih disini untuk
mendengarkan penjelasanmu, penjelasan akan semuanya, kata status yang indah itu
untuk siapa, kata perpisahan itu untuk siapa, aku sekarang menjadi ragu, apa
benar apa yang kuperjuangkan ini benar adanya? Aku tak tahu, hatiku tak bisa
untuk membenci, ingin rasanya segera keluar dari masalah ini, aku bingung, aku
harus bagaimana menanggapi masalah yang abu-abu ini, kau tak mau berkata
padaku, alasan pun kau tak mau memberiku, aku disini menjadi bingung, bingung
akan hubungan ini, apa yang ada dihatimu, siapa yang kau pilih, aku tak tau
masalah yang sekarang menghantuimu, aku tak mau mencampuri urusan yang kau
sendiripun tak mau menjelaskan masalahmu itu padaku…
Komitmen, apakah akan tetap
terjaga, segala yang kita mulai apakah harus diselesaikan tanpa mencapai
sepersenpun dari tujuan?
Siap, kupersiapkan hati untuk
memutar balikan badanku dari pintu hatimu kala security itu menyuruhku untuk
pergi, kau bilang bukan tidak mungkin aku bisa masuk, tapi masih ragu, tapi itu
yang membuatku berfikir akan hal yang paling besar, apakah benar apa yang aku
perjuangkan ini? Apakah benar aku menunggu ketidakpastian darimu yang bisa saja
berujung dengan sebuah pemaksaan memutar balikan badan dan pergi menjauh dari
pintumu yang nantinya tertutup rapat… apakah benar diriku memperjuangkan dirimu
yang bukan merupakan siapa-siapaku, hanya komitmen abu-abu yang tersisa
sekarang, apakah komitmen itu akan kembali berwarna? Semoga saja iya…
Diriku berharap akan kembalinya
dirimu seperti biasa, biarpun kepastian hubungan belum tercapai, tetapi menjadi
seseorang yang bisa saling menjaga hati sudah indah bagiku, semoga komitmen itu
bukan sekedar ucapan terdesak darimu, semoga komitmen itu memang sebuah
ketulusan darimu, sebuah pemikiran karena kau takut apabila berpacaran setelah
putus akan bermusuhan, semoga dengan komitmen itu tak terjadi, semoga komitmen
itu tulus darimu, tulus untuk benar-benar kau dan aku lakukan, komitmen yang
kita setujui bersama, komitmen untuk menjaga hatimu untuku dan hatiku untukmu…
Dan gua bilang… Semoga